Misteri 3 Tongkat Komando Milik Soekarno

Misteri 3 Tongkat Komando Milik Soekarno. Berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar” kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor.

Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama,
satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan
dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau
keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat
sewaktu ia berpidato.

Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris
Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’
wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling
menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari
jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang
jadi heboh, bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang
terlatih, kenapa menembak dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di
Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno,
terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak
bingung ‘mana Bung Karno’ ?
mungkinkah itu kembarannya atau penirunya sebagai pengalih perhatian, ataukah memang beliau itu sakti?

Menurut kabar Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban,
‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari.
Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama
Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang
dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang
Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri
adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang
menyala. – Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati
orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan
menjilat-.

Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah asal cucunya
jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk
bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang
menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke
Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno
dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah
Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang
melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas
Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun
benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah
selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel
Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin
akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno.
Seperti diketahui Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di
Indonesia.

Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’
istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat
kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa
siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat
Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius,
berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan
‘bahwa cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di
seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah
perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling
cerdas.

sumber : http://era90.blogspot.com/