Kisah Heroik 3 Kru KRL 'Maut' saat kecelakaan Bintaro

Posted on

Kisah Heroik 3 Kru KRL ‘Maut’ saat kecelakaan Bintaro. Kecelakaan yang terjadi antara KRL dengan Truk Tangki BBM di Bintaro beberapa hari lalu masih menyisakkan duka mendalam bagi keluarga korban meninggal akibat kecelakaan ‘maut’ tersebut, termasuk 3 Kru KRL yang menjadi korban tewasnya. Namun ada suatu kejadian yang menginspirasi sekaligus bisa dikatakan sebagai kejadian heroik dibalik kecelakaan maut ini.

kereta

Mengapa kereta Kereta commuter line jurusan Serpong-Tanah Abang tak mengerem saat melihat truk BBM masih ada di perlintasan? Dirut KAI Ignasius Jonan mempunyai penjelasan soal itu.

“Jika para syuhada kami memutuskan lain pada saat akan terjadi benturan itu, misalnya dengan melakukan pengereman darurat di posisi jalur yang melengkung, niscaya kemungkinan seluruh rangkaian dapat terguling dan korban makin besar,” kata Jonan dalam keterangannya, Kamis (12/12/2013).

Padahal, kalau mengerem itu, gerbong yang paling depan yang ditumpangi masinis dan teknisi bisa selamat. “Dan mereka mungkin lolos dari kematian,” tambahnya.

Tapi itu tak dilakukan masinis dan teknisi. Mereka mengambil risiko paling minimal, walau pun kemudian masinis, asistennya, dan teknisi meninggal dunia.

Atau menurut Jonan juga, bisa saja, teknisi dan masinis melompat saat kereta hendak tabrakan. “Loncat dari kabin masinis dan membiarkan kereta meluncur kencang sehingga tumburan akan menghancurkan banyak gerbong dan akibatnya jauh lebih parah tapi mereka selamat. Tapi apa yang dilakukan? Mereka melakukan pengereman normal supaya seluruh rangkaian tidak terguling dan merelakan diri untuk tewas terbakar karena truk tangki meledak pada saat tumburan terjadi. Mereka telah mengurangi potensi kematian puluhan bahkan ratusan orang,” tutupnya.

Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan berkaca-kaca saat melepas jenazah anak buahnya dari Stasiun Gambir ke daerah asal masing-masing. Dia ‘angkat topi’ untuk ketiga anak buahnya. Keberanian dan dedikasi ketiganya memberi contoh pada semua orang.

Kata Jonan, tidak semua orang punya dedikasi dan keberanian, hingga mengorbankan jiwanya sendiri. “Saya sendiri belum tentu sanggup dalam kondisi seperti itu harus menentukan pilihan akan bagaimana,” ucap Jonan dengan mata berkaca-kaca.

Jonan memberikan apresiasi khusus kepada Sofyan Hadi. Anak buahnya yang baru dua bulan bekerja sebagai teknisi KRL, tapi sudah menunjukkan dedikasi yang tinggi.

Sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi, Sofyan mengarahkan para penumpang di gerbong paling depan mundur ke belakang karena kereta akan menabrak truk tangki.
Dalam hitungan detik waktu yang tersisa, Sofyan ke luar dari kabin masinis dan memerintahkan penumpang mundur sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang. Sementara, dua rekannya, Darman dan Agus berusaha memperlambat laju kereta. Sebisa mungkin menghindari tabrakan.

Saat itu penumpang sulit bergerak karena gerbong khusus wanita yang berada di bagian paling depan rangkaian sangat penuh dan mereka saling berdesakan. Sofyan terus memerintahkan mereka untuk mundur.

Sofyan kemudian melihat ada anak kecil di gerbong depan. Dia langsung membawa anak itu bergeser ke gerbong belakang. Sofyan sempat mundur sampai gerbong ketiga demi menyelamatkan anak yang tak dikenalnya itu.

Hebatnya, kata Jonan, Sofyan tidak mencoba menyelamatkan diri. “Sofyan bisa saja tidak kembali ke kabin depan setelah memperingatkan penumpang. Tapi ia justru balik lagi ke kabin membantu rekan-rekannya,” ujar Jonan.

Padahal, kalau mau, Sofyan bisa menyelamatkan diri, loncat dari gerbong tiga. Tapi, dia tidak melakukannya.

Julie Retna, salah satu penumpang selamat yang berada di gerbong khusus wanita paling depan, membenarkan hal tersebut.

Menurut perempuan 54 tahun itu, ada kru kereta, yang belakangan diketahui adalah Sofyan, keluar dari kabin kemudi untuk memberitahu penumpang bahwa kereta akan tabrakan. “Kalau dia nggak masuk lagi pasti dia selamat,” kata Julie.

Warga kota Tangerang Selatan yang berada dekat dengan kabin masinis itu lantas mengintip ke pintu kabin yang terbuka. Dia tidak percaya yang dilihatnya, pemandangan mengerikan. Truk tangki bensin melintang di depan kereta yang ditumpanginya.

Tabrakan tak dapat terhindarkan. “Jegerr… “, ucap Julie, kereta ‘adu banteng’ dengan truk tangki milik Pertamina. Ledakan dahsyat terdengar. Penumpang berhamburan, berteriak, menyebut nama Tuhan. Mereka berusaha menyelamatkan diri.

Tapi, ketiga pahlawan itu tak berdaya. Mereka terjebak di tengah kobaran api. Jasad mereka ditemukan tim penyelamat saling bertumpukan di kabin masinis, hangus akibat terbakar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.